TEMA: “Orang yang Menerima Yesus Menjadi Anak-anak Terang”
BACAAN ALKITAB: Yohanes 1:9-13
Jemaat yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus Kristus,
Jika ditanya kepada kita sekalian ‘apa makna Natal untuk kita tahun ini’? Jawaban
yang akan muncul pasti beragam. Ketika ditanyakan pada seorang anak
sekolah minggu, kemungkinan ter-besar ia akan menjawab bahwa natal tahun
ini menjadi kesempatan memperoleh peran dalam drama natal di gereja,
kesempatan untuk memperoleh baju baru, sepatu baru dan lain sebagainya.
Ia juga bisa menjawab bahwa natal dapat menjadi tempat berkumpul bersama
sanak saudara, baku pasiar, makan kukis, minum coca-cola, sprite dan lain-lain.
Ketika pertanyaan ini dialamatkan kepada seorang Pelayan Khusus,
tentu saja jawaban yang akan muncul berbeda. Natal adalah kesibukan
pelayanan yang padat dan menumpuk, belum lagi harus mengurus berbagai
kegiatan natal di berbagai aras pelayanan, membeli dan kemudian
membagikan cenderamata natal kepada anggota jemaat di kolom, dan lain
sebagainya.
Selain kedua contoh di atas, ada juga berbagai pengalaman dan
pemahaman tentang natal yang bisa saja berbeda berdasarkan konteksnya.
Secara umum dan global, natal dapat disimpulkan sebagai ‘pengulangan tradisi’ (tradisi atau kebiasaan (Latin: traditio, “diteruskan”) adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi
yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering
kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.
Mengapa dikatakan demikian? Apakah Natal sekedar ‘pengulangan
tradisi’ semata? Tidakkah itu terlalu mengerdilkan esensi Natal yang
sesungguhnya?
Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang… Ayat 9 pembacaan kita berkata demikian, adakah terang yang palsu? Yesus Kristus yang kita aminkan sebagai Bayi Natal adalah Terang itu, Terang Dunia. Ia
adalah Terang yang menerangi manusia yang hidup dalam kegelapan dosa.
Sebagai Terang, Ia menunjukkan jalan hidup menurut kehendak Allah, lepas
dari belenggu dosa. Dalam kehidupan kekristenan kita, jujur mau
dikatakan bahwa seringkali perayaan natal seperti merayakan terang yang
palsu bukan terang yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan kecenderungan
kita lebih mementingkan atau menonjolkan sisi material daripada
spiritual. Tradisi yang dilakukan berulang-ulang disetiap tahun telah
terkonta-minasi oleh prilaku kita yang merayakan natal tanpa menyertakan
makna sesungguhnya tentang kelahiran Kristus, sang Mesias, dan mungkin
kita yang berada dalam ruang ibadah ini merupakan salah satu yang
merayakannya tanpa makna.
Momentum natal ini berbagai gelar diberikan kepada Yesus. Anak domba Allah, Raja Damai, Juruselamat, dan
lain sebagainya. Orang lantas mengulangi itu tahun demi tahun, periode
demi periode, dekade demi dekade, dan seterusnya. Pertanyaan bagi kita
sekarang, apakah kelahiran Kristus yang kemudian diberi berbagai gelar
itu memberi arti dan makna yang signifikan bagi kita sekalian? Ia telah
lahir, hidup dan berkarya kurang lebih 2000 tahun silam. Ayat 10
pembacaan kita berkata Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Apakah
kita dan kehidupan kita telah menunjukkan bahwa Ia pernah ada dan
berkarya di dalam dunia ini? Semestinya kitalah yang memper-kenalkan
bahkan menyatakan kehadiran-Nya di dunia ini melalui pikiran, perkataan
dan perbuatan sehingga dunia yang tidak mengenal-Nya akan mengenal-Nya
melalui pola hidup kekristenan kita. Ayat 11 kemudian berkata Ia datang
kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak
menerima-Nya, secara transparan mengoreksi hidup kekristenan
kita dalam mera-yakan natal-Nya sekaligus mengingatkan kita untuk terus
berupaya mengembalikan tradisi ini kepada menguatkan sisi spiritual
terutama kepada anak-anak kita. Sehingga tidak akan nada lagi
pertanyaan, apakah kita sebagai pribadi, keluarga maupun persekutuan
jemaat telah menunjukkan kehidupan orang-orang yang sudah menerima
Yesus?
Orang-orang yang menerima Kristus seperti yang dikatakan Lukas
6:35-36 berkata: “Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik
kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka
upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah yang
Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima
kasih dan terhadap orang-orang jahat. Hendaklah kamu murah hati, sama
seperti Bapamu adalah murah hati. “Jadi sikap dan perilaku mengasihi
musuh, ber-buat baik serta meminjamkan dengan tidak mengharapkan balasan
merupakan ciri-ciri orang yang disebut anak-anak Allah. Matius 5:9 membawa kita kepada suatu pandangan baru bahwa anak-anak Allah adalah mereka yang di dalam hidupnya membawa damai.
Demikianlah saudara-saudara, lewat momentum Natal ini, Firman Tuhan
mengajak kita untuk merenungkan kembali eksistensi diri kita di tengah
dunia ini. Marilah kita menjadi bagian dari arak-arakan umat yang
menerima Yesus dan hidup sebagai anak-anak Allah, jangan kita hanya
hanyut dalam pengulangan tradisi Natal tahun demi tahun, tanpa mengenal
maupun menerima Yesus di dalam diri, keluarga, bahkan persekutuan
jemaat. Selamat Hari Natal Tuhan memberkati kita semua. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar